Selasa, 02 November 2010

Sex & Gender

critical review
Oleh: Noviandy Husni

Apa yang berbeda dengan istilah sex dan gender? Sebelum lebih jauh, kami ingin memilah dan memisahkan pengertian keduanya, karena keduanya memang berbeda. Masyarakat secara umum mengartikan sex adalah jenis kelamin, manusia laki-laki memiliki penis, sperma, jakun. Sedangkan perempuan adalah manusia yang memiliki vagina, rahim dan alat menyusui. Penulis menilai ini merupakan penilaian yang benar, alat-alat yang melekat secara biologis yang bersifat permanen dan tidak dapat dipertukarkan dan itu semua pemberian tuhan yang kemudian kita sebut kodrat.
Dalam memahami kodrat manusia sebagai laki-laki dan sebagai perempuan, penulis berharap kita dapat mensepakatinya ini hanya pada dataran biologis. Perempuan memiliki fungsi sendiri dengan organ biologisnya, laki-laki juga memiliki peran dan fungsi tersendiri dengan organ biologisnya. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, keduanya adalah jenis kelamin
Bagaimana dengan pengertian istilah gender? Penulis pada awalnya juga cendrung mengartikan gender dengan jenis kelamin, tidak ada salahnya jika yang kita maksud adalah terjemahannya, tapi ternyata pengertiannya tidak hanya pada dataran biologis saja, melainkan factor-faktor social. Dalam Women’s studies encyclopedia, sebagaimana di kutip oleh Ridwan M.Ag, dijelaskan gender adalah suatu konsep cultural, berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Sedangkan Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan dan budaya terhadap laki-laki dan perempuan.
Pengertian lain tentang gender sebagaimana dirumuskan oleh Mansour Fakih, gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara social dan cultural. Sebagai contoh kita ilustrasikan bahwa seorang sekretaris harus perempuan sedangkan seorang satpam harus dari seorang laki-laki. Kelamin perempuan adalah untuk seorang yang berprofesi sekretaris, dan kelamin laki-laki bagi seorang yang berprofesi satpam, ini merupakan jenis kelamin social. Pengertiannya adalah seorang sekretaris itu perempuan bukan dikarenakan oleh biologisnya, akan tetapi disebabkan anggapan umum, begitu juga dengan seorang satpam. Anggapan seperti ini bukan suatu kodrat, sebab ada seorang sekretaris yang bukan perempuan, begitu pula dengan satpam. Dengan demikian sex adalah kelamin biologis, sedangkan gender adalah kelamin social
Bagaimana dengan orientasi seks seseorang? Jika kita mau mengkaji lebih dalam, akan terlihat antara sex dan gender pada satu sisi dan orientasi seks pada sisi yang lain yang memang memiliki kaitan tersendiri. Jika orientasi seks itu adalah kecendrungan seseorang dalam melakukan pilihan seksualitasnya, maka kecendrungannya untuk memilih itu sangat dipengaruhi oleh sex dan gender. Artinya, apakah seseorang yang memiliki kecendrungan seksualnya sebagai seorang gay, lesbi atau heteroseksual di dorong oleh sex atau gender? Penulis melihat kedua kecendrungan tersebut sangat berpotensi dalam memicu orientasi seksualitas seseorang, namun sangat kecil kemungkinan kecendrungan pada kodrati yang kita pahami dalam sex secara biologis.
Penulis berfikir kita tidak mau terjebak dengan pola fikir gender yang berkembang di suatu daerah yang membentuk ketidakadilan, karena konstruksi social gender yang tersosialisasikan secara evolusioner dan perlahan-lahan akan mempengaruhi biologis masing-masing jenis kelamin.
Menurut Heddy Shri Ahimsha Putra, yang dikutip oleh Ridwan, M.Ag dalam buku Mufidah CH, M.Ag Paradigma Gender, istilah gender dapat dibedakan dalam beberapa pengertian:
1. Gender sebagai suatu istilah asing dengan makna tertentu
2. Gender sebagai suatu fenomena social budaya
3. Gender sebagai suatu kesadaran social
4. Gender sebagai persoalan social budaya
5. Gender sebagai sebuah konsep analisis
6. Gender sebagai suatu perspektif untuk memandang suatu kenyataan


Kerena itu kita juga harus memandang sex dan gender secara berimbang satu sama lain, kebanyakan orang memandang sex & seksualitas hanya pada aspek yang menyangkut genitalitas dan organ sex sekunder lainnya saja. Seks dipahami pada dimensi biologis-fisiknya belaka, sementara dimensi behavioral, psikososial, klinis atau dimensi kuturalnya, tidak menjadi perhatian untuk dipahami—ini akan berimbas pada ekploitasi pemahaman dan anggapan dalam membangun pemahaman struktur gender itu sendiri. Padahal dalam kontek tertentu, seksualitas yang kita pahami secara langsung terkait dengan serangkaian luas dengan konteks social karena ia memang mencerminkan nilai-nilai dari masyarakat yang bersangkutan. Baik nilai yang berdimensi psikis, social atau nilai human dan relegius
Kami melihat sex dan gender memiliki nilai filosofis tersendiri, namun keduanya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Persoalannya, selama ini sexual identity lebih merupakan sebuah sebuah ide politik yang selalu dimanfaatkan oleh para penguasa untuk melakukan fungsi control terhadap masyarakat.


Critical Review:

Ridwan, M.Ag, “ Kekerasan Berbasis Gender: Rekonstruksi Teologis, Yurdis, dan Sosiologis” Purwokerto: Pusat Studi Gender (PSG) STAIN Purwokerto, 2006


Fx Rudi Gunawan, “Mendobrak Tabu: Sex, Budaya, dan Kebejatan Manusia,” Yogyakarta: Galang Press, 2000


Syafiq Hasyim, “Seksualitas dalam Islam,” dalam Tubuh, Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan. Bunga Rampai Pemikiran Ulama Muda, Jakarta Selatan: LKIS, Rahima, 2002)

Margaret L. Andersen, “Thingking About Women: Sociological perspective on sex and gender”…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar