Minggu, 19 Desember 2010

The Moving Quran


Al-Quran Bergerak
(sebuah Pendekatan Kognitif linguistic & Poetic)
Noviandy Husni

Apakah alquran itu bergerak? Jawabannya adalah bagaimana kita memahaminya? Pendekatan Cognitive Linguistic (CL) dan Cognitive Poetic merupakan salah satu pendekatan dalam memahami pergerakan Al-Quran. Karena metode yang dikembangkan dalam filologi dan sastra kerap sekali diabaikan dalam memahami Al-Quran secara konstektual. Bahasa (linguistic) merupakan kata benda atau verbal belaka, pertanyaannya siapakah yang akan memberi nilai pada benda itu? Kognitiflah yang akan memberikan nilai karena cognitive merupakan kata sifat yang menunjukan perhatian yang diberikan kepada proses mental pada kata benda; baik itu linguistic maupun puisi

Dalam menyingkap makna dibalik ayat Al-Quran tentunya melawati proses dalam memahami kata demi kata, Beaucamp menginpirasikannya dengan kehidupan di alam semesta yang menyimpan nilai-nilai luhur; sehingga pemahaman terhadap alquran tidak hanya dipahami secara tekstual, tapi lintas disiplin; sastra, filologi, hermeneutic, dalam menyingkap makna secara cognitive linguistic

Kata-kata dalam alquran merupakan kata-kata yang penuh nilai dan visioner lafdhan wa ma’man. Secara harfiah kata-kata dalam alquran telah jelas bentuk perintahnya, kapan pelaksanaannya, bahkan tujuan pelaksanaannya. Namun dilain sisi kata-kata itu hidup dan bergerak sesuai zamannya dengan nilai kandungan yang masih sama dengan waktu kelahirannya. Artinya visioner bentuk dan sifatnya, dan bukan berarti menafikan grammatical tekstual ayat tersebut

Linguistic dan puisi seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya merupakan benda yang memiliki sisi  umum perhatian terhadap bahasa, tapi disisi lain puisi merupakan seni verbal. Sedangkan cognitive merupakan perhatian dan pemahaman terhadap proses mental dan kemampuan seperti persepsi, perhatian memori, emosi, penalaran, dan sebagainya. Pertanyaannya apakah pantas dengan pengertian diatas kita memasukkan Al-Quran bagian dari seni verbal yang memiliki pemahaman seperti yang telah disebutkan itu? Sedangkan Cognitive Linguistic didefinisikan oleh Dirven sebagai teori linguistic yang menganalisis bahasa dalam kaitannya dengan domain kognitif lain seperti pengalaman tubuh dan mental, skema gambar, persepsi, perhatian, melihat bingkai memori, kategorisasi, pikir abstrak, emosi, penalaran, penelusuran, dan lain sebagainya. Artinya Alquran merupakan teori linguistic dalam memahami dirinya sendiri dan realitas kehidupan likulli zaman yang tetap bertumpu pada nilai yang absolute. Sekali lagi bukan hanya pada kajian filologi dan sastra semata.

Cognitive linguistic dan cognitive poetic begerak lebih jauh dengan berbagai sisi kajian, jika hanya satu sisi akan terlihat kekurangan disisi yang lain, dalam kajian fenomenologi kita akan mendapatkan satu pandangan yang berbeda dengan tinjauan filologi, namun bukan berarti terbentur antara keduanya. Kognitif linguistic dan puisi berperan dalam berbagai sisi kajian dan menengahi kajian-kajian tersebut. Secara singkat cognitive linguistic dan cognitive poetic akan menggambarkan pemahaman Al-quran dengan memvisualisasikan Al-Quran dari berbagai dimensi, sehingga pemahaman yang terbangun terintegrasi dengan pemahaman-pemahaman lainnya

Cognitive linguistic memandang Scenario Allah berada pada sunnatullah-Nya, inspirasi yang Allah disampaikan kepada rasul dan nabi-Nya karena mereka petunjuk bagi ummat manusia. Metode ini akan menginspirasikan kita pada visualisasi teks alquran yang terus bergerak—makna kerasulan akan tertanam pada kehidupan umat-Nya, karena miniature sejarah merupakan salah satu visualisasi alquran dan akan menjadi visualisasi tersendiri pada kontek kekinian walaupun melalui proses metafora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar